Sekian lamanya embun bertahan di pucuk daun
kini terpelanting,
pecah ke segala udara
gelisah
betapa beribu tahun penyair menanti
makna puitis para setitis embun
yang sanggup berembesan
dalam segala kekeringan
yang lama melanda
di jiwa akan tetap tabah,
berharap air memercik di hati nurani
hingga mengalirnya harapan kehidupan
Sekuntum senyum
Sekuntum senyum
yang selalu teroleng di awang,
telah terlempar ke padang gersang kemarau
kemarin yang masih tersisa jerit perih
kini semakin saja memekik rasa
yang ternyata terus hanyut dalam kesedihan
demi kesedihan
terseret duka lara yang sangat menyayat,
betapa penyair tetap tabah pada kata yang berubah makna
No comments:
Post a Comment